PIKNIK KERINCI, KERINCI,- Depati H. Armen Sabri (3-2:2012) mengemukakan bahwa bumi alam Kerinci sejak zaman dahulu dikenal kaya dengan peninggalan kebudayaan dan yang saat ini masih tersimpan di alam Kerinci adalah “Tabuh Larangan” yang tersebar diberbagai wilayah adat alam Kerinci. Di banyak lokasi, tabuh (beduk raksasa) larangan terbuat dari bahan kayu besar jenis kayu Letoy dan Medang Jangkat yang berumur lebih dari 250-300 tahun.
Tabuh larangan ini diduga mulai
dikerjakan pada masa awal penyebaran Agama Islam di bumi alam Kerinci. Tabuh
larangan ini pada masa lalu hingga saat ini hanya digunakan pada hari raya,
pelantikan pemangku adat, pemberitahuan adanya serangan musuh atau tanda
marabahaya.
Beduk/tabuh larangan yang berusia
lebih dari 250 tahun dapat kita temui di Luhah Datuk Singarapi Putih Kota
Sungai Penuh, di dalam Masjid Agung Pondok Tinggi, di Desa Maliki Air Hamparan
Rawang Kota Sungai Penuh, di Siulak, di Desa Kubang, dll.
Depati Intan dari Wilayah Adat Tigo
Luhah Tanah Sekudung menungkapkan bahwa di wilayah tersebut tabuh larangan
tidak boleh dibunyikan, tabuh larangan hanya dibunyikan pada kondisi tertentu,
tabuh larangan hanya ditabuhkan untuk memberitahu kepada anggota “Perbokalo
empat dalam negeri”, perihal baik dan buruknya berita.tabuh larangan boleh
ditabuhkan dengan syarat sebagai berikut:
- Telah
hadir Depati Intan Tengah Padang dan Ajo Liko/ wakilnya sebagai teganai
rumah.
- Telah
hadir Depati Intan Kumbalo Seri dan Raja Indah/ wakilnya sebagai tuan
rumah.
- Telah hadir salah satu pemangku adat
untuk ditugaskan memukul tabuh dan memberitahukan kalau datang pertanyaan
dari masyarakat yang banyak mempertanyakan sebab tabuh larangan
ditabuhkan. Yaitu sebagai pemberitahuan kepada pemangku adat untuk
mengadakan sidang adat dan musyawarah lainnya.
Di wilayah adat Datuk Singarapi Putih dan Rio Temenggung terdapat beduk/tabuh kuno yang berusia 250 tahun lebih. Beduk/tabuh raksasa ini merupakan tabuh larangan yang hanya dibunyikan pada hari tertentu atau saat terjadi serangan/marabahaya yang datang dari luar.
0 Comments