Depati
Parbo adalah seorang pahlawan Kerinci yang menumpas habis penjajah belanda yang
ingin merenggut Bumi Sakti Alam Kerinci. Tak ada sedikit rasa gentar dan takut
di dalam hatinya untuk berperang mengusir sang penjajah dari Belanda itu.
Pedangnya bertuah, hatinya bertuhan, itulah pahlawan Kerinci.
Depati
Parbo lahir di bawah kaki gunung raya, tepatnya di Desa Lolo yang mana sekarang
dikenal dengan Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci. Ia lahir sekitar tahun
1839 dari pernikahan pasangan muda yang bernama Bimbe (ayah) dan Kembang (ibu).
Kemudian setelah dilahirkan, Depati Parbo diberikan nama oleh kedua orang
tuanya “Kasib”, dengan harapan kelak bayi mugil ini akan tumbuh menjadi manusia
yang perkasa dan penyelamat bagi Bumi Sakti Alam Kerinci.
Dimasa
kecilnya, ia menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu di tanah kelahirannya, dan
terkadang ia menyempatkan waktu untuk berburu bersama teman-teman sebayanya,
karena berburu adalah salah satu hobinya. Dikabarkan bahwasanya Depati Parbo
atau Kasib semasa kecil memiliki keanehan, antara lain ia memiliki gigi geraham
yang berwarna kehitaman seperti besi. Dengan adanya keanehan yang ia miliki
tersebut, penduduk setempat memanggilnya dengan sebutan “German Besi”
Kasib
adalah putra sulung dan satu-satunya anak laki-laki, ia adalah kakak dari tiga
adik perempuannya yang bernama Bende, Siti Makam, dan Likom. Semasa menjadi remaja,
Kasib sangat senang sekali belajar bela diri yaitu belajar silat serta ilmu
agama yang dilengkapi juga dengan ilmu kebatinan.
Beranjak
dewasa akhirnya Kasib menikah dengan seorang gadis yang bernama Timah Sahara,
dan mereka diberikan keturunan yang bernama Ali Mekah. Petualangan kehidupan
Kasib dimulai dari ia setelah menikah. Dengan keadaan yang sudah memiliki
keluarga yang butuh tanggung jawab Kasib, akhirnya ia memutuskan untuk merantau
ke Batang Asai mengikuti jejak sebagian orang Kerinci untuk bekerja sebagai
pendulang emas. Perjalanannya bukan hanya sampai disitu, ia juga melanglang
buana ke sebagian daerah di Sumatera Selatan. Mencari nafkah memang tanggung
jawab, namun semua itu tidak menjadi penghalang ia untuk terus menuntut ilmu
dan belajar bela diri.
Seiring
perjalanan, akhirnya pemuda yang cerdas serta terampil tersebut di kukuhkan
menjadi seorang Depati. Untuk mendapatkan gelar tersebut memanglah tidak mudah,
karena orang yang menyandang gelar Depati haruslah memiliki kepandaian yang mumpuni
serta bijak dalam segala hal. Setiap dusun di Kerinci mempunyai sebutan Depati
yang berbeda-beda namun tugasnya sama.
Di upacara kenduri sko (kenduri pusaka) ia dilatik dan dikukuhakan serta diberikan gelar sebagai Depati Parbo.
0 Comments